Bantu Menghafal Al Qur'an

Headlines News :
Home » » Nasehat Untuk Pelaku Poligami

Nasehat Untuk Pelaku Poligami

Written By Unknown on Senin, 06 Januari 2014 | 06.56

kumpulannasehatislami.blogspot.com
 
BIDADARI BUMI --- Dr. Ir. Eng. Gina Puspita adalah ahli struktur pesawat terbang yang menikah dengan Dr. Ing. Abdurrahman R. Effendi, yang juga ahli pesawat lulusan Jerman. Dia dikenal baik oleh mantan Presiden Bapak BJ. Habibie sewaktu di IPTN dan merupakan pelajar Indonesia pertama yang lulus dari Universitas Jurusan Pesawat di dunia, Ecole National Superieure de L’Aeronatutique et de L’Espace (Ensae) di Tolouse, Perancis.
 
Dr. Ir. Eng. Gina Puspita hidup bersama tiga orang madunya, yakni Bashirah, Salwa dan Fathimah. Dia menyatakan pandangannya tentang poligami:

“Karena tidak sanggup berpoligami, baik karena lemah iman (bagi wanita) atau takut terhadap istri, sebagian orang ada yang berani dan berusaha menghalangi poligami. Berbagai macam hujjah dan dalil dibuat-buat untuk menjatuhkan poligami.

Kebencian mereka terhadap poligami melebihi kebencian terhadap pelacuran dan perzinaan atau kumpul kebo yang umum dalam masyarakat. Mereka berjuang menghalangi poligami tetapi justru membiarkan pelacuran dan perzinaan.

Semakin parah keadaan seorang istri yang tidak peduli dengan suami. Pagi-pagi sama-sama keluar bekerja, pulang sama-sama letih dan sama-sama berkelompok. Kelompok yang bercorak women’s lib yang dasarnya perempuan diajak menjadi seperti laki-laki. Mereka berani mengabaikan suami. Siang ada rapat, malam pun ada rapat. Ke sana ke mari tanpa ijin kepada suami.
 
 
Bila disebut poligami, golongan perempuan yang beginilah yang sangat menentangnya, paling keras bahkan ke tahap ingin membuat Undang-Undang untuk menghalangi poligami. Mereka selalu bersembunyi di balik alasan-alasan seperti kasih sayang tercemar, kekerasan terhadap perempuan, anak-anak terlantar atau ketidakadilan dan sebagainya.
 
Mereka tidak berpikir kalau suami memerlukan pelayanannya. Sehingga suami merasa kekosongan dalam hidupnya. Kalau suami itu kepala kantor, perempuan di kantor lebih pandai mengambil hatinya daripada istri di rumah. Dalam keadaan itu bila suami minta menikah lagi, dia tidak mengijinkan. Dengan alasan dia tidak mau kasih sayangnya terbagi. Padahal sudah lama kasih suaminya terbagi, akibat perbuatan dirinya.
 
Seorang istri yang menghalangi suami menikah lagi, padahal suaminya mampu, adalah istri egois, karena terlalu banyak melayani cinta nafsu. Sebab, bila suami sudah bertekad kuat untuk menikah lagi, artinya suami sudah memiliki keinginan pada wanita selain dirinya. Seandainya keinginan itu tidak terpenuhi dan dihalangi oleh istri, suami akan mulai menjadi liar dan tawar hati dengan istrinya. Dia merasa istrinya tidak paham jiwanya, tidak membantu menyelesaikan masalahnya. Jika hal ini terjadi, hubungan suami istri mulai rusak sedikit demi sedikit.
 
 
Seandainya istri memahami dan justru mendorong hasratnya, maka cintanya akan bertambah. Kepercayaannya, kasih sayang dan rasa berhutang budi akan melimpah ruah pada istrinya. Dan sekurang-kurangnya dia berjanji pada dirinya, ‘Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan istriku’.
 
Apa yang dicemaskan? Kasih yang terbagi dan malam yang terpaksa digilirkan? Tanpa poligami pun belum tentu suami kita bisa mencurahkan kasih sayangnya kepada kita seratus persen. Dan tidak ada jaminan bahwa setiap malam adalah ‘malam pengantin’ antara kita dengannya.
 
Takut kekurangan harta atau ekonomi rumah tangga jadi berantakan? Atau cemas diri tidak dipedulikan? Apa jaminan bahwa tanpa poligami kita akan menjadi kaya dan akan selalu dimanjakan? Berapa banyak orang yang tidak berpoligami pun kocar-kacir rumah tangganya, selalu berpisah, miskin dan terlantar. Sebaliknya orang berpoligami, hidup mereka kaya dan bahagia. Malah secara kasar, menurut laporan pengadilan agama, kebanyakan masalah cerai adalah di antara suami istri yang monogami.


Allah SWT membenarkan poligami, dan suami kita menyukainya, tapi nafsu kita sangat membencinya. Artinya kita berada dalam satu medan perang yang sengit. Kita hendak menundukkan nafsu kita agar menerima sesuatu yang sungguh pahit dirasakan. Bagaimana caranya?
 
Mula-mula kita pahamkan diri kita bahwa Allah SWT tidak bermaksud menyiksa wanita dengan membenarkan poligami. Allah SWT memiliki maksud baik dan penting untuk keselamatan hidup kita di dunia dan di akhirat. Tapi ingat, kehendak Allah itu sangat bertentangan dengan kehendak nafsu kita.
 
Nafsu kita sangat cinta pada dunia, sedangkan Allah SWT menyuruh kita cinta pada akhirat. Nafsu ingin agar suami milik kita seorang sedangkan Allah SWT ingin kita cinta hanya kepada-Nya. Sebab akhirat itu jauh lebih baik dan lebih indah daripada dunia, dan Allah SWT itu jauh lebih baik daripada suami kita.
 
Dunia yang kita buru bukan menunggu, tapi semakin lari dari kita. Suami yang kita cintai, mau tambah lagi satu istri, atau mungkin lebih. RUmah yang kita sayangi kian using, tiba waktunya akan musnah. Pakaian yang kita sukai kian lusuh dan koyak. Anak-anak yang kita kasihi semakin besar dan kian jauh dari kita. Apa pun isi dunia yang kita rindukan dan kita idam-idamkan semuanya akan kita tinggalkan atau ia akan meninggalkan kita. Semuanya kian rusak dan binasa.
 
Kita cinta dunia tapi dunia tidak mencintai kita. Kita buru dunia tapi dunia tidak memburu kita bahkan dunia menipu kita."
 
Dikutip dari buku ‘Sikap Istri yang Shalihah Terhadap Poligami’, karya ‘Isham bin Muhammad Asy-Syarif
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kajian Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger