Dakwah adalah tugas mulia. Hal ini penting disadari oleh setiap
dai, bukan karena ingin mendapat kekuasaan, bukan perintah, bukan
formalitas organisasi.
Dakwah itu unik. Karena ia diapit oleh dua hal yang bertentangan:
ancaman dan ganjaran. Ancaman bagi para pengemban dakwah dari orang
kafir sekaligus ganjaran bagi pengemban yang istiqomah dan ikhlas.
Sehingga ganjaran yang diperoleh itu lebih baik dari unta merah atau
bumi dan seisinya. Masya Allah…
Islam tidak menginginkan kita untuk sholeh sendiri. Bila di suatu
wilayah terdapat kemaksiatan yang terjadi, Allah tidak akan mengadzab
suatu wilayah selama ada orang soleh disitu. Maka dari itu, kita
berusaha memperluas jangkauan dakwah agar semakin banyak wilayah yang
sejahtera dan tidak terkena adzab Allah. Sholeh itu bukan milik
sendiri. Sholeh itu dengan memperbaiki diri sendiri dan orang lain.
Karena Surga terlalu luas untuk kita sendiri. Bila ada kemaksiatan atau
kemungkaran yang terjadi, selamatkanlah dengan apa yang kita bisa. Jika
tidak bisa menggunakan tangan maka gunakan lisan kita. Jika masih tidak
bisa, gunakan hati kita, dan itulah selemah-lemahnya iman. Minimal,
kita harus menegasikan kemungkaran yang terjadi.
Dakwah itu tergantung pada keimanan seseorang. Semakin ia beriman,
semakin ia taat, semakin dakwah ini menjadi bagian dari kehidupannya.
Namun jika imannya lemah, banyak kemaksiatan yang dilakukan, maka perlu
dipertanyakan dakwah yang dilakukannya. Ketika kita berdakwah,
sebenarnya kita sudah sampai pada tataran memikirkan orang lain.
Artinya, sebagai seorang dai yang mengemban risalah dakwah ini,
sebaiknya kita telah selesai dengan diri kita sendiri. Artinya, dia
harus sudah bisa memutuskan mana perkara baik dan buruk, mandiri, dan
terus berbuat baik.
Dakwah itu bukan hanya butuh orang independen, melainkan
interdependen karena keberjamaahan, juga menjadi poin penting dalam
dakwah. Allah menyukai persatuan umat dengan barisan yang teratur.
Saling bergantung dan bekerja sama sehingga memiliki hasil dakwah yang
lebih besar.
Dakwah adalah amal terbaik. Karena ia merupakan warisan para rasul
dan kita berada di barisan para rasul. Jika kita tidak mengingatkan para
duat, maka kita sendiri yang akan celaka. Karenanya, mengasah kepekaan
iman kita adalah penting agar kita pun peka pada keburukan yang ada di
sekitar kita, sekecil apapun itu. Jika tidak ada rasa untuk menumpas
kemungkaran sehingga merasa tidak berdaya dan menyerah atas kemungkaran
yang terjadi, maka selesai sudahlah dakwah ini. Padahal Rasulullah Saw
tak pernah menyerah barang sedikitpun dalam berdakwah.
Dakwah adalah tugas mulia. Hal ini penting disadari oleh setiap dai,
bukan karena ingin mendapat kekuasaan, bukan perintah, bukan formalitas
organisasi. Jadi, libatkan diri dalam dakwah ini dimanapun dan sampai
kapanpun. Jangan terlalu sibuk dalam berorganisasi sehingga melupakan
tugas dakwah kita. Sayyid Quthb pernah berkata, “Dai itu bukan orang
biasa yang sekadar orasi dan berbicara ini itu, ia justru sibuk
memikirkan perubahan untuk umat. Karena dakwah adalah perubahan,
perpindahan, sehingga orang tersebut semakin mendekat dan mencintai
Islam.
Posting Komentar