، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ
اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ
اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ
اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ
بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ
الصُّحُفِ
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Dari Abul Abbas bin Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma dia
berkata: Pada suatu hari aku pernah berada di belakang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau bersabda, “Hai anak muda, aku
akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya
engkau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada
Allah. Jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada
Allah. Dan ketahuilah, sesungguhnya seandainya umat ini bersatu untuk
memberikan suatu kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak akan dapat
memberinya, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Dan
seandainya mereka bersatu untuk mendatangkan suatu kemudharatan
kepadamu, maka mereka tidak dapat mendatangkannya, kecuali dengan
sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan
lembaran-lembaran telah mengering.”[1] (HR. Tirmidzi, dan ia mengatakan: Hadits Hasan)
Dan di dalam riwayat selain At Tirmidzi, “Jagalah Allah pasti kamu
akan mendapatiNya di hadapanmu, kenalilah Allah di waktu senang pasti
Allah akan mengenalimu di waktu sempit, dan ketahuilah apa-apa yang
meleset darimu maka hal itu tidak akan mengenaimu, dan apa-apa yang
mengenaimu tidak akan meleset darimu, dan ketahuilah bahwa kemenangan
itu beriring dengan kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan /
keadaan yang himpit, dan bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.”
[2].
Penjelasan:
Perkataan Ibnu Abbas, “Aku pernah berada di belakang Nabi.”
Mengandung kemungkinan bahwa Ibnu Abbas dibonceng oleh Nabi, bisa jadi
dia berjalan di belakang Nabi. Bagaimana pun keadaannya, yang penting
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan wasiat
dengan beberapa wasiat yang agung ini.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku akan mengajarkanmu
beberapa kalimat.” Beliau mengatakan pengantar seperti ini agar Ibnu
Abbas memasang perhatiannya terhadap apa yang akan beliau sampaikan.
(Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu). Perkataan ini (jagalah
Allah), maksudnya adalah jagalah batasan dan syari’atNya, yakni dengan
melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-laranganNya,
niscaya Dia akan menjaga agama, keluarga, harta, dan dirimu. Karena
Allah akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan berbuat baik
kepada mereka. Dari hal ini dapat diketahui barangsiapa yang tidak
menjaga Allah, maka dia tidak berhak mendapat penjagaan Allah. Hadits
ini terkandung pula padanya dorongan untuk menjaga batas-batas Allah.
Kalimat kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jagalah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu.” Kami katakan,
pada sabdanya (Jagalah Allah), sebagaimana perkataan kami pada kalimat
yang pertama di atas. Sedangkan makna (maka engkau dapati Dia di
hadapanmu), yakni engkau dapati Dia di hadapanmu, memberikan petunjuk
kepadamu untuk (melakukan) segala kebaikan, mendekatkan, dan menuntunmu
kepadanya.
Kalimat yang ketiga: ”Jika engkau meminta, maka mintalah kepada
Allah.” Maksudnya, jika engkau meminta suatu keperluan, maka janganlah
engkau memintanya kecuali kepada Allah dan janganlah engkau meminta
apapun juga kepada makhluk. Jika ditakdirkan engkau meminta kepada
makhluk hal-hal yang mampu mereka lakukan, maka ketahuilah bahwa itu
hanyalah salah satu jalannya saja. Sedangkan yang memberikannya adalah
Allah. Oleh karena itu, bersandarlah kepada Allah semata.
Kalimat keempat: “Jika engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah.” Maksudnya, jika engkau menghendaki
pertolongan dan mencari pertolongan dari seseorang, maka janganlah
engkau memintanya kecuali kepada Allah, karena Dialah Dzat yang di
tanganNya kerajaan langit dan bumi. Dia akan memberikan pertolongan jika
Dia menghendaki. Jika engkau dengan tulus meminta pertolongan kepada
Allah dan bertawakal kepadaNya, maka Dia akan menolongmu. Oleh karena
itu, jika engkau meminta pertolongan kepada makhluk dalam hal-hal yang
mampu ia lakukan, maka yakinilah bahwa itu adalah sebagai sebab(jalan)
semata. Dan hanya Allahlah yang menundukkan hal itu untukmu.
Kalimat kelima: “Dan ketahuilah, sesungguhnya seandainya umat ini
bersatu untuk memberikan suatu kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak
akan dapat memberinya, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan
atasmu.” Yakni, seandainya seluruh umat dari awal hingga akhirnya
bersatu padu untuk memberiakn manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak
akan memberikannya kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah
tetapkan atasmu. Atas dasar ini, maka manfaat yang datangdari seseorang
kepada orang lain, pada hakikatnya berasal dari Allah karena Dialah yang
telah menetapkan baginya, dan ini adalah dorongan bagi kita agar
bersandar kepada Allah, dan kita pun mengetahui bahwa umat ini tidak
dapat mendatangkan kebaikan bagi kita, kecuali dengan seizin Allah
subhanhu wata’ala.
Kalimat keenam: “Dan seandainya mereka bersatu untuk mendatangkan
suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat mendatangkannya,
kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.” Oleh karena
itu, jika engkau mendapatkan kemudharatan dari seseorang, maka
ketahuilah bahwa Allah telah menetapkan hal itu untukmu, maka merasa
ridhalah dengan ketetapan Allah dan takdirNya. Akan tetapi, tidak
mengapa engkau menangkal kemudharatan tersebut darimu, karena Allah
subhanahu wata’ala berfirman,
وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.” (Asy Syuura: 40).
Kalimat ketujuh: “Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah
mengering.” Yakni, bahwa apa-apa yang Allah tetapkan telah selesai, pena
telah diangkat dan lembaran telah mengering, dan tidak ada lagi
perubahan pada ketetapanNya. Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi. Dan
dia berkata: Hadits Hasan Shahih.
Dalam riwayat lainnya berbunyi, “Jagalah Dia, niscaya engkau akan
dapati Dia di depanmu, Ingatlah Allah di waktu lapang, niscaya Dia akan
mengenalmu dalam keadaan sulit.” Yakni, tunaikanlah hak Allah dalam
keadaan lapang, sehat, dan berkecukupan, niscaya Dia akan mengenalmu
ketika engkau dalam keadaan susah. Jika kesehatan dan kecukupan hilang
darimu, dan engkau merasa butuh kepada Allah, maka Dia akan mengenalmu
berdasarkan apa-apa yang engkau lakukan sebelumnya, atau dengan sebab
perbuatan baik yang engkau gunakan untuk mengenal Allah.
“Dan ketahuilah apa-apa yang meleset darimu maka hal itu tidak akan
mengenaimu, dan apa-apa yang mengenaimu tidak akan meleset darimu.”
Yakni, apa-apa yang telah Allah takdirkan akan menganimu, maka hal itu
tidak akan meleset darimu, namun hal itu pasti akan terjadi, karena
Allah telah menakdirkannya. Dan apa-apa yang telah Allah tetapkan
meleset darimu, dan Dia menghindarkannya darimu, maka hal itu tidak akan
mengenaimu sama sekali. Karena urusan itu seluruhnya di tangan Allah.
Hal ini mengandung konsekuensi, hendaknya seorang bertumpu kepada
Rabbnya secara sempurna. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran.” Sabda
beliau ini mengandung dorongan utntuk bersabar, karena jika kemenangan
itu akan diperoleh dengan kesabaran, maka setiap orang harus bersabar
demi meraih kemenangan tersebut.
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Asy Syarh: 5-6)
Hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma ini mengandung beberapa faedah:
1. Kelembutan Rasulullah kepada orang yang lebih muda, yang mana
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hai Nak, sesungguhnya aku
akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat.”
2. Orang yang hendak mengucapkan ucapan yang penting, seyogyanya
mengawali ucapannya dengan ucapan yang akan menarik perhatiannya, di
mana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hai Nak,
sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat.”
3. Barangsiapa menjaga Allah, maka Allah akan menjaganya, berdasarkan
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jagalah Allah, maka Dia
akan menjagamu.”
4. Barangsiapa melalaikan Allah, -maksudnya melalaikan agama Allah-,
maka Allah akan melalaikannya dan tidak akan menjaganya. Allah subhanahu
wata’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (Al Hasyr: 19)
5. Barangsiapa menjaga Allah, maka Allah akan memberiakn hidayah dan
bimbingan kepadanya pada perkara-perkara yang mengandung kebaikan. Dan
di antara konsekuensi penjagaan Allah bagi seseorang adalah Allah akan
menghindarkan kejelakan darinya, karena sabdanya, “Jagalah Allah,
niscaya kamu akan dapati Dia di hadapanmu.”
6. Jika seseorang membutuhkan bantuan, hendaknya dia meminta bantuan
kepada Allah. Tetapi tidak mengapa ia meminta bantuan kepada selainNya,
dari siapa saja yang dapat memberikan bantuan kepadanya, berdasarkan
sabdanya, “Engkau membantu seseorang pada tunggangannya, lalu engkau
mengangkat orang tersebut ke atas kendaraannya, atau mengangkatkan
barang-barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah.” [3]
7. Umat ini tidak akan sanggup memberikan manfaat kepada seorang pun
kecuali jika Allah telah menetapkannya. Dan mereka tidak akan sanggup
memberikan kemudharatan kepada seorang pun juga, kecuali Allah telah
menetapkan hal itu untuknya.
8. Wajib bagi seseorang untuk menggantungkan harapan kepada Allah dan
tidak menoleh kepada makhluk, karena para makhluk tidak memiliki
kemudharatan dan kemanfaatan baginya.
9. Segala sesuatu telah ditetapkan kesudahannya. Dan telah valid
hadits dari Nabi bahwa Allah telah menentukan takdir seluruh makhluknya
lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. [4]
10. Dalam riwayat lain, bahwa jika manusia mengenal Allah dengan
jalan menaatinya, ketika ia berada dalam keadaan sehat dan lapang, maka
Allah akan mengenalinya di saat ia dalam keadaan susah, mengasihinya,
menolongnya, dan menghilangkan kesulitannya.
11. Jika Allah telah menetapkan sesuatu bagi seseorang, maka hal itu
tidak akan meleset (lepas) darinya. Dan jika Allah tidak menakdirkan
sesuatu kepadanya, maka hal itu tidak akan mengenainya.
12. Kabar gembira yang begitu besar bagi orang-orang yang sabar dan
sesungguhnya kemenangan itu berjalan seiring dengan kesabaran.
13. Kabar gembira juga bahwa dilepaskannya kesulitan dan
dihilangkannya kesempitan, berhubungan dengan kesempitan. Setiap kali
seseorang merasakan kesulitan, maka Allah akan melepaskannya dari
kesulitan tersebut.
14. Kabar gembira yang begitu besar, bahwa jika seseorang tertimpa
suatu kesulitan, hendaknya ia menanti kemudahan. Allah telah menyebutkan
hal ini di dalam Al ur’an,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا * إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Asy Syarh: 5-6)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Asy Syarh: 5-6)
15. Jika engkau ditimpa berbagai kesulitan, maka bersandarlah kepada
Allah sambil menanti kemudahan dariNya dan membenarkan janjiNya.
Catatan kaki:
[1] Shahih dikeluarkan oleh At Tirmidzi di dalam (Sifat Kiamat/2516),
Ahmad (1/293/307) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahihul
Jami’ (7957)
[2] Dla’if dikeluarkan oleh Ahmad (1/307) dan Abdun bin Humeid dan
dia lemah / dla’if sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Rajab di dalam
ta’liqnya terhadap hadits ini di dalam Jami’ul Ulum wal Hikam.
[3] Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari (Al Jihad/2989/Fath), Muslim di dalam (Az Zakat/1009/Abdul Baqi).
[4] Shahih dikeluarkan oleh Muslim di dalam (Al Qadar/2653/Abdul Baqi).
(Dinukil untuk Blog Ulama Sunnah dari Syarah Arbain An Nawawiyah oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, penerjemah Abu Abdillah Salim, Penerbit Pustaka Ar Rayyan. Silakan dicopy dengan mencantumkan URL http: //ulamasunnah.wordpress.com)
Posting Komentar